Sudah berlangganan artikel blog ini via RSS Feed?

Sunday, October 6, 2013

Menikmati Penyakit

Situs Alternatif Download Khotbah
===============================================================

 Pada bagian terakhir ini kita akan membahas tentang bagaimana menikmati  penyakit. Kitab 2 Kor 12 : 7 – 10, menceritakan tentang Rasul Paulus yang bergumul sehubungan dengan adanya duri dalam dagingnya. Karena orang modern hanya ingin mendapatkan hidup yang serba mudah dan sistematis, akhirnya mereka benci terhadap  penyakit. Kemajuan teknologi membuat orang mengubah konsep hidupnya. Orang-orang zaman dulu sangat  familiar dengan kepahitan dalam kehidupan, sehingga dalam menyikapi penyakit pasti jauh berbeda dibanding orang-orang masa kini. Jadi, kalau orang-orang disuruh ‘menikmati’ penyakit, sudah pasti tidak akan ada yang mau. Orang-orang modern tidak akan tersenyum jika sedang sakit. Tidak heran jika banyak orang Kristen yang mengatakan bahwa penyakit itu dari setan, maka harus didoakan dengan menumpangkan tangan atau ditengking. Mereka tidak rela menerima penyakit itu dengan lapang dada. Dalam memahami hal seperti ini kita perlu hati-hati.

Sakit dan Kehendak Allah

Dalam 2 Kor 12 : 7, dikatakan bahwa penyakit dalam tubuh Paulus, yaitu duri dalam dagingnya, memang sengaja diizinkan oleh Tuhan melalui iblis. Paulus diizinkan Tuhan untuk menderita penyakit tersebut yang terus ada sampai akhir hayatnya. Penyakit ini menjadi satu kesaksian yang indah, yang diizinkan Tuhan  supaya Paulus tidak memegahkan diri atau terjerumus pada keadaan yang bisa saja membuat dia menjadi sombong. Bahwa penyakit itu diperlukan oleh Paulus, hal ini harus dipahami. Mungkin kita berpikir bahwa penyakit tersebut harus dibuang, tetapi Paulus justru merasa perlu menyimpan penyakitnya. Sebab dia sadar kalau penyakit yang diizinkan itu pun untuk menyatakan kemuliaan Allah.


Dalam ayat 9, Paulus meminta kesembuhan tapi Tuhan mengatakan, “Cukup kasih karuniaKu bagimu, karena dalam kelemahanmu, kuasa Tuhan menjadi nyata.” Itu lebih baik bagi Paulus, karena dalam kelemahan, hadirnya kekuatan Allah adalah lebih baik daripada kekuatan dosa yang hadir. Dalam ayat 10, Paulus mengatakan bahwa Ia senang dan rela dalam kelemahan.
Waktu kita menyadari bahwa penyakit itu merupakan kehendak Allah, maka kita menemukan satu momentum yang membuat kita merasakan itu sebagai sebuah kenikmatan dan kesenangan. Dengan demikian kita rela menanggung semua rasa sakit itu. Jika penyakit membuat orang lain sedih, maka kita tetap tersenyum di kala menderita sakit. Penyakit itu diperlukan, dan diijinkan Tuhan dalam sepanjang hidup kita. Jika kita sakit, bukan berarti Tuhan tidak mendengar doa kita, tetapi juga bukan berarti setiap penyakit itu kehendak Allah. Yang kita bicarakan saat ini adalah penyakit yang berkaitan dengan kehendak Allah sehingga Allah mengijinkan penyakit itu terjadi. Karena itu perlu kita menyadari hikmat dari Tuhan, bukan buru-buru mencari kesembuhan yang  akhirnya membuat kita tidak bisa menikmati penyakit yang Tuhan berikan itu. Tapi kalau penyakit timbul karena salah sendiri, maka belajarlah baik-baik dan berani menanggung risiko.

Dalam menikmati penyakit kita menemukan beberapa kesimpulan:
1. Penyakit bukan aib jika sesuai dengan kehendak Allah. Tetapi kalau tidak sesuai dengan kehendak Allah, itu salah sendiri, obati sendiri lalu minta ampun pada Tuhan. Misalnya hujan sedang turun, tetapi kita tetap jalan tidak memakai payung. Lain halnya jika mau pergi ke pelayanan, meski tidak pakai payung karena tidak punya, maka itu merupakan bagian dari kesulitan penderitaan kita. Dapat dikatakan bahwa kondisi seperti ini merupakan salib yang harus dipikul karena ada kepentingan yang lebih serius untuk dikerjakan sementara fasilitas seperti payung tidak punya.

2. Penyakit bukan kematian yang ditakuti.                              
 Dalam Filipi 1: 21 dikatakan: Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan, lalu kenapa kita harus takut jika sedang sakit? Atau jika tadi wajah kita ceria berubah menjadi tegang? Penyakit bukan kematian yang harus ditakuti bahkan kematian pun tidak perlu ditakuti.  Ini harus dipahami. Menikmati penyakit itu bukan masalah, tetapi sikap kita terhadap penyakitlah yang menjadi masalah. Kenapa? Karena kita ingin kehendak kita yang jadi supaya sembuh bukannya kita memahami kehendak Allah bahwa penyakit itu harus kita alami. Dan karena kita ingin kehendak kita yang jadi, akhirnya kita mulai marah dan meragukan Tuhan.
Penyakit merupakan proses pembentukan yang jika dipahami memberikan pertumbuhan iman. Tetapi sebaliknya jika kita melihat penyakit itu sebuah permasalahan, maka iman tidak bertumbuh. Penyakit juga merupakan sebuah kehormatan kalau kita sanggup menanggungnya di dalam Tuhan. Seperti kata Paulus, “Aku senang dan rela dalam kelemahan, di dalam siksaan, dalam kesukaran dan dalam penganiayaan oleh karena Kristus.” Karena itu mari kita mengubah konsep yang salah agar kita tidak mengamuflasekan (menyamarkan) berkat-berkat yang diberikan Tuhan sebagai sesuatu yang harus menjadi milik orang percaya. Berkisahlah tentang sukses:  sukses berbuah dengan Tuhan, sukses menanggung kesulitan yang ada, sukses hidup jujur, sukses berjalan pada jalan yang benar, sukses tidak berkompromi dengan dunia.
Harta itu relatif, bisa ada hari ini, besok tidak ada. Semua orang dunia juga mencari harta benda, cari kesembuhan tapi yang dimiliki Allah adalah lebih dari pada itu yaitu kebenaran dan ketenangan dalam hidupNya dan dalam jiwanya yang bebas yang tidak dapat ditekan oleh apa pun. Itulah yang penting. Inilah konsep kristiani. Karena itu hati-hatilah dengan pengharapan-pengharapan yang kosong. Belajarlah, mungkin Tuhan mau memberikan suatu kesempatan kepada kita yang dapat dipahami sebagai suatu kesempatan untuk menampilkan paradigma baru tentang penyakit di dunia.      Dunia ini sakit dalam segala-galanya. Karena itu mari kita beri paradigma baru pada dunia ini dengan berkata: Jangan menangis pada waktu sakit. Karena apa? Karena waktu sakit pun kau bisa senang bahkan menikmatinya.
Jika kita sedang sakit, berdoalah agar Tuhan menolong. Dengan pertolongan Tuhan itu kita mengejutkan dunia. Dunia terkejut, karena dalam keadaan sakit pun kita tetap bersukacita dan tersenyum. Jangan mengharapkan kesembuhan hanya untuk bersaksi bahwa kita sembuh karena Tuhan. Dalam keadaan sakit pun kita bisa bersaksi dan menjadi alat yang luar biasa. Nikmatilah penyakit dalam paradigma baru dan tersenyumlah dalam kelemahanmu itu, karena itulah yang membangkitkan dan menumbuhkan imanmu. Amen.

0 comments:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment

 

Arsip Blog

Konsultasi Teologi

VIDEO

Entri Populer