Dalam buku ini akan dibicarakan tentang misteri penyakit berdasarkan versi Alkitab.Tetapi perlu diingat, yang melatarbelakangi penulisan buku ini bukan lantaran semakin berkembangnya penyakit di tengah-tengah masyarakat dunia seiring dengan makin canggihnya jaman. Buku ini diharapkan akan mampu meluruskan pemahaman orang Kristen yang terkadang melenceng dari kebenaran yang diajarkan oleh Alkitab.
Ironisnya, kondisi ini timbul karena ‘ulah’ sebagian pengkhotbah juga, yang acap menyampaikan informasi yang tidak pas. Padahal sudah seringkali peringatan dilontarkan agar para pengkhotbah jangan sembarangan memberitakan soal penyakit dan kesembuhan. Akibat sering dan berulang-ulangnya kesalahan ini terjadi, banyak orang Kristen jadi berpandangan sangat picik lalu mengatakan bahwa timbulnya penyakit merupakan akibat dari dosa, sehingga penderitanya tidak memerlukan dokter. “Jika sakit, jangan berurusan dengan dokter, duduk saja, lipat tangan dan berdoa, minta Kristus, tabib yang agung itu untuk menyembuhkannya,” demikian kira-kira pernyataan sikap yang salah dan keliru itu.
Kita tentu saja percaya penyakit dapat disembuhkan oleh Kristus. KuasaNya, dahulu, sekarang dan selamanya tetap berlangsung dan berlaku. Jika kita menjadi orang Kristen yang picik, menolak ilmu kedokteran, dan kemajuan, berarti kita telah menghina Alkitab. Sebab seluruh kemajuan itu merupakan anugerah Allah. Dan jangan lupa pula, Lukas, salah satu penulis Alkitab, juga adalah seorang tabib. Maka jika seorang Kristen berpandangan picik, menampilkan sikap keliru dan pasrah seperti dicontohkan di atas, secara tidak langsung dia telah menghina Akitab. Jangan lupa pula, Yesus sendiri mengatakan bahwa orang sakit memerlukan tabib. Orang berdosa memerlukan juru selamat.
Maka adalah sangat tidak masuk akal jika di jaman yang serba canggih ini masih ada orang mengatakan bahwa kita tidak perlu berurusan dengan dokter dengan dalih Tuhan akan menyembuhkan penyakit kita. Sekali lagi, sikap seperti ini sungguh merupakan suatu kesalahan yang fatal. Sikap seperti ini juga merupakan penghinaan terhadap Alkitab, karena kita tidak mau belajar dengan serius dari kitab suci itu.
Alkitab mengelompokkan penyakit dalam 3 jenis yaitu:
- Penyakit Fisik
Dalam Mazmur 90: 10 tertulis: Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.
Doa Musa ini mengandung pengertian bahwa daya tahan hidup manusia berkisar antara usia 70 – 80 tahun. Jika seseorang mencapai usia melebihi usia tersebut, artinya kesengsaraan dan kesulitanlah yang sering dialaminya seiring dengan merosotnya daya tahan tubuh (stamina) disebabkan usia yang sudah menua. Dengan kata lain, orang yang berada dalam kisaran usia tersebut, menderita sesuatu penyakit adalah sesuatu hal yang lumrah. Inilah yang kemudian disebut sebagai sakit fisik. Jika usia muda sudah lewat, proses kemunduran daya tahan tubuh pun dimulai, seperti gigi mulai rontok, ketajaman pendengaran mulai berkurang, mata rabun, dan kondisi tubuh secara keseluruhan semakin lama semakin melemah. Gejala-gejala inilah yang disebut sebagai kelemahan dan kesulitan fisik. Tua karena usia, daya tahan yang menurun karena virus dan lain-lain, dikatakan sebagai penyakit fisik.
Berkaitan dengan usia tua ini, Pengkhotbah 12:1 juga mengingatkan kita agar senantiasa mengingat Tuhan. “Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kau katakan: “Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!”
- Sakit Jiwa
Dalam Daniel 4 diceritakan tentang Raja Nebukadnezar yang sudah seperti orang gila karena bertingkah seperti binatang yang makan rumput sembarangan. Ini terjadi karena dia mengalami penghukuman. Di dalam Mazmur 102 juga ada lukisan yang sangat jelas sekali, bagaimana ada satu tekanan, himpitan sehingga pemazmur berteriak bahwa dia sudah seperti bukan manusia lagi. Orang-orang yang maniak pada kekuasaan sehingga mereka merasa kuat dan hebat luar biasa, juga merupakan salah satu gejala penyakit jiwa. Gejala seperti ini ada pada Raja Nebukadnezar yang merasa dirinya penguasa dan pemilik dunia ini (Daniel 4). Akhirnya dia ditegur oleh Tuhan sampai ia seperti orang gila. Jadi kalau ada orang yang berambisi merebut kekuasaan secara tidak sah, atau pejabat yang maunya menduduki kursi jabatannya itu terus-menerus, kemungkinan besar dia sakit jiwa. Kemudian orang-orang yang depresi dan tertekan itu juga disebut sakit jiwa.
- Sakit karena kerasukan setan
Sakit karena kerasukan setan sebaiknya dibedakan dari sakit fisik maupun kejiwaan. Dalam Kis 5 : 16 penyakit akibat dirasuk setan dilukiskan sebagai bentuk tersendiri atau khas dari jenis penyakit yang ada. Jenis penyakit ini sangat sulit dimengerti dalam dunia modern sekarang khususnya mereka-mereka yang berkecimpung dalam dunia psikologi. Orang yang sedang dihinggapi penyakit sejenis ini nampak seperti diserang epilepsi (ayan), sehingga waktu setan itu diusir keluar, orang itu langsung sembuh. Dengan demikian penyakit itu bukan ayan, tapi suatu fenomena yang keluar atau kelihatan. Tapi, jangan memvonis orang yang sakit ayan sebagai orang yang kerasukan setan. Artinya jangan menyamakan penyakit ayan dengan penyakit kerasukan setan. Yang benar adalah orang yang kerasukan setan pada umumnya memperlihatkan gejala seperti terkena penyakit ayan. Orang yang kerasukan setan bisa mempunyai kekuatan ekstra, seperti diperlihatkan orang-orang yang kerasukan setan di Gadara (seperti dikisahkan dalam Injil).
Jadi ke-3 jenis penyakit, baik fisik, jiwa mau pun kerasukan setan secara umum bisa dipamahami dalam dunia modern dan kedokteran, walau masih ada beberapa hal yang tidak jelas. Membicarakan tentang kepincangan (kaki) misalnya. Langkah pertama, kita perlu menjelaskan definisi ‘pincang’. Kemudian perlu dipertanyakan apakah kepincangan itu dibawa sejak lahir, karena kecelakaan, atau akibat sakit demam tinggi yang pernah dialaminya swaktu masih kecil? Mertua Petrus dihinggapi sakit demam. Jenis demam itu apa? Jika demam itu disebabkan oleh sakit pendarahan yang sudah sekian lama, lalu pendarahan itu jenisnya apa? Semua pertanyaan tersebut di atas perlu dijawab guna memperoleh pengertian yang utuh tentang penyakit tersebut.
Soal kerasukan setan menjadi satu masalah serius. Orang-orang modern yang menolak pengertian tentang keimanan akan mengatakan kerasukan setan itu tidak lebih dari salah satu jenis penyakit jiwa. Padahal – seperti disebut tadi – ada perbedaan antara sakit jiwa dengan kerasukan setan. Tidak perlu memperdebatkan antara pemahan Alkitab dengan dunia modern.
Dalam perkembangan ilmu psikologi, pernah ada istilah ‘tabularasa’. Setiap orang yang baru dilahirkan diibaratkan sebagai tabularasa. Artinya, orang yang baru lahir itu seperti kertas putih yang nanti dicoret-coret sesuai pengalaman hidupnya, pengaruh lingkungan dan seterusnya. Jadi dalam pengertian ini tidak ada konsep dosa turunan. Tapi dalam perkembangan akhir-akhir ini tidak sedikit pakar psikologi yang mengakui kecenderungan itu. Maksudnya orang yang baru dilahirkan bukan sepenuhnya lagi bagaikan selembar kertas putih yang siap dicorat-coret sesuai perjalanan hidupnya. Tetapi, setiap orang ketika dilahirkan pun sebenarnya sudah ‘tercoret-coret’ oleh dosa turunan. Saat lahir, dia bukan lagi berupa kertas putih, namun kertas yang sudah ada tulisannya.
Perkembangan zaman ternyata membuat orang menjadi bingung. Dulu sewaktu ilmu psikologi baru muncul, ilmu tersebut mencoba menjelaskan problem-problem yang ada dunia ini, seperti problem kenakalan, kekacauan, dan lain-lain. Makin dijelaskan makin membingungkan karena berbagai hal tentang penyebab-penyebabnya tidak bisa ditelusuri sekadar dengan ilmu seperti itu. Itu namanya kemajuan pemahaman. Jadi tidak ada benturan, tetapi mungkin yang satu belum memahami yang lain. Janganlah orang Kristen ikut-ikutan menjadi kacau, yang pada akhirnya membuat diri menjadi eksklusif, sulit dipahami, tidak bisa dimengerti, semuanya seakan-akan mengambang sembarangan. Tuhan menyuruh kita memerintah dunia ini, mengatur dan menguasai dunia ini, bukan lari dari dunia ini.
Apa yang menyebabkan orang bisa sakit?
Penyebab penyakit dalam Alkitab ada dua bagian prinsip yaitu : umum dan khusus. Secara umum dalam Kej 3 :16 – 19, dilukiskan tentang kejatuhan manusia ke dalam dosa. Setelah jatuh ke dalam dosa, Allah memberitahu Adam dan Hawa akan mengalami sakit dalam perjalanan hidupnya. Sebagai perempuan, Hawa akan melahirkan dan mengalami sakit yang luar biasa pada saat melahirkan. Adam mencari makan dengan susah payah sampai akhirnya, mereka yang berasal dari debu kembali menjadi debu. Puncak dari penyakit adalah kematian.
Jadi pada saat manusia jatuh ke dalam dosa, dia sudah sakit. Tapi, bagaimana manusia mengalami sakit dalam hidupnya, di bawah ini ada beberapa uraian.
1. Penyakit karena iblis.
Dalam Lukas 13: 16 dikisahkan mengenai seorang perempuan yang sudah bungkuk belasan tahun karena diikat oleh iblis. Diduga, penyebab kebungkukannya itu karena sejak dulu dia bermain okultisme (berhubungan dengan setan).
2. Penyakit merupakan hukuman dari Tuhan.
Dalam 2 Tawarikh 26 ; 16 – 22, diceritakan tentang Raja Uzia yang dilarang oleh imam untuk mengumpulkan korban bakaran. Merasa diri seorang penguasa yang hebat, dia menentang para imam dengan gaya yang sombong. Menyaksikan ulahnya itu, Tuhan marah lalu menjatuhkan tulah kusta yang sangat menyakitkan. Begitu pula dengan Ananias dan Safira yang mengalami kematian karena berbohong kepada Tuhan.
3. Teguran atau pendidikan.
Dalam Ibrani 12 ; 6 – 12 Tuhan mengatakan bahwa anak-anak yang Dia cintai akan Dia hajar, Dia sesah, dan menerima ganjaran yang sulit dalam bentuk penyakit. Memang, penyakit saat itu mendatangkan duka cita, tetapi kita akhirnya mengerti dan bersukacita. Itulah teguran dan didikan Tuhan.
4. Penyakit untuk kemuliaan Tuhan.
Dalam Yoh 9:3, sewaktu Yesus berjalan bersama murid-muridnya mereka bertemu dengan seseorang yang buta sejak lahirnya. Lalu mereka bertanya, “Guru, ini dosa siapa? Dosa orang tuanyakah?” Yesus menjawab bahwa dia mengalami kebutaan bukan lantaran dosa siapa-siapa, tetapi karena pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia (orang buta tersebut).
5. Penyakit karena kelemahan fisik.
Dalam 1 Timotius 5 : 23 disebutkan, “Jangan minum air saja melainkan tambahkan anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah.”
Ada beberapa kemungkinan yang membuat seseorang itu sering sakit. Misalnya karena kurang olahraga dan sebagainya. Ini dinamakan lemah fisik. Jadi jangan cepat menarik kesimpulan bahwa ini karena dosa atau karena Tuhan punya rencana dalam diri kita. Juga jangan mengukur Tuhan dengan pikiran dan ukuran manusia yang terbatas. Karena itu pelajari Alkitab baik-baik supaya jangan salah konsep gara-gara kurang mengerti. Kemudian introspeksi dirilah baik-baik, supaya bisa menjadi orang Kristen sejati yang menyenangkan hati Tuhan seutuhnya. Rasul Paulus menyuruh Timotius, murid kesayangannya, minum anggur karena dia menyadari bahwa dia tidak punya karunia penyembuhan. Di situ letak kerendahan hatinya. Dalam 1 Kor 12, dikatakan ada duri dalam daging Paulus. Dia sudah berdoa agar duri itu dilepas, namun Tuhan mengatakan akan membiarkan duri itu tetap di situ supaya dia jangan sombong.
Ada pula penyakit yang timbul bukan karena dosa. Lalu jika bukan karena dosa, apa ‘guna’nya penyakit itu? Untuk kebaikan seseorang. Adanya penyakit untuk kebaikan, dijelaskan dalam 1 Kor 12 : 7 – 10. Karena itu kita harus mengerti dan memahami Alkitab. Jangan kita terjebak pada pemikiran yang sempit mengenai penyakit tetapi biarlah kasih Allah membuat kita betul-betul mengerti apa yang sedang Dia kerjakan. Kalau sedang sakit, berdoalah, evaluasi diri baik-baik baru menarik kesimpulan secara tepat sehingga kita dapat memahami kehendak Allah dalam hidup kita. Dengan jalan demikianah kita dapat memahami betapa indah dan manisnya persekutuan dengan Dia.
0 comments:
Post a Comment