Dan janganlah mencobai Tuhan , seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular. Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
( I Korintus 10: 9-10)
MENCOBAI Tuhan bisa dilakukan secara langsung dengan kesadaran penuh untuk melawan Allah atau memberontak kepada Allah. Bisa pula diakibatkan oleh diri sendiri karena kurang mengerti, minim dalam pemahaman, akhirnya terbawa dan terjebak dalam arus yang salah. Dan, tanpa sadar, mereka telah mencobai Tuhan.
Pernahkah Anda mencobai Tuhan? Anda barangkali mengingkarinya. Tapi fakta menunjukkan bahwa banyak orang Kristen telah mencobai Tuhan, dengan atau tanpa sengaja. Yang lebih menyedihkan, banyak dari mereka yang mencobai Tuhan tetapi menganggapnya sebagai sebuah ekspresi iman yang benar.
Dengan klaim alkitabiah, tampillah bermacam-macam tindakan mencobai Tuhan. Sementara yang disebut alkitabiah itu nyaris tidak jelas. Apakah yang dimaksud dengan alkitabiah? Apakah kalau menyitir ayat Kitab Suci lalu sebuah kotbah disebut alkitabiah? Untuk sebuah ayat Alkitab, bisa muncul penafsiran yang beragam dan saling bertolak belakang. Karena itu setialah pada Alkitab. Setialah pada konteks dan latar belakang ayat yang diangkat.
Didorong hawa nafsu
Mengapa kita mencobai Tuhan? Tentu ada banyak sebabnya. Pertama, seperti dikatakan Paulus yaitu karena ingin memuaskan hawa nafsunya (I Korintus 10:9). Dengan bertolak dari pengalaman perjalanan bangsa Israel, Paulus memberikan wawasan bagi umat Korintus agar tidak terperangkap dalam kesalahan fatal yang sama.
Pengalaman perjalanan bangsa Israel berisi rentetan peristiwa pengkhianatan kehendak Tuhan karena didorong oleh kecenderungan untuk memuaskan hawa nafsu mereka. Untuk memuaskan nafsu mereka, mereka membuat patung dari tuangan emas dan menyembahnya. Beberapa kebiasaan kafir dari Mesir mereka bawa dan praktekkan. Termasuk juga melakukan pesta seks yang merupakan bagian dari ritus kafir. Melalui semuanya ini, mereka mau menunjukkan penentangan mereka pada Allah dengan menganut ajaran dan praktek hidup yang sesat. Mereka berontak dan tak rela tunduk kepada Allah yang sudah memimpin mereka ke luar dari tanah perbudakan Mesir menuju tanah yang dijanjikan, Kanaan.
Mengapa banyak ajaran sesat muncul? Tak lain karena mereka mau mencobai Allah. Mereka mau meniadakan Tuhan yang utuh dan sejati. Mereka mencoba membongkar-pasang Tuhan dan mendirikan ‘tuhan’ menurut pikiran mereka. Fenomena yang sama terjadi pada zaman kita ini. Christian Sains, Saksi Yehovah, Mormon dan berbagai macam bidaah tumbuh subur dalam lingkungan Kristen. Ada Children of God yang asyik dengan pesta seks.
Belakangan ini muncul pula bentuk-bentuk kekristenan yang aneh-aneh yang lagi-lagi mengklaim dirinya sebagai bentuk ekspresif yang paling kristiani. Mereka muncul sebagai gereja, resmi dalam badan tertentu, resmi menyebut Yesus, tetapi dalam konsep yang lain. Ini yang menakutkan! Allah yang seperti apa? Kristus yang seperti apa? Allah yang hanya memuaskan hawa nafsu? Bila demikian, berhati-hatilah! Allah yang diceritakan Alkitab bukanlah Allah yang memuaskan hawa nafsu kita.
Alkitab bersaksi tentang Allah yang adil. Allah yang penuh cinta kasih dan di dalam cinta kasih-Nya mengelus sekaligus memukul orang-orang yang disayangi-Nya. Alkitab menceritakan secara komplit. Percaya kepada Tuhan tidak hanya berarti mendapatkan apa yang kita inginkan atau pencapaian cita-cita, tetapi dapat juga berarti mengalami penderitaan dan kesulitan. Semua harus seimbang. Dalam Alkitab ada cerita tentang orang yang keluar dari kemiskinan dan mendapatkan berkat berlimpah, tapi ada juga cerita tentang manusia yang mengalami kesulitan dan penderitaan karena kebenaran di sepanjang hidupnya.
Kitab Suci bercerita tentang Lazarus yang menderita kemiskinan sepanjang hidupnya, tetapi mencintai Tuhan. Dan dia dipilih Tuhan. Ada juga cerita tentang Yusuf Arimatea yang tidak hanya kaya, tapi juga sangat mencintai Tuhan. Jadi bukti dari iman bukanlah pertama-tama ter-ekspresi dalam fenomena doa yang dikabulkan, penyakit yang disembuhkan, orang miskin yang menjadi kaya. Kita harus berhati-hati. Jangan sampai, karena tidak menemukan fenomena seperti itu, kita lalu marah dan meninggalkan Dia.
Janganlah kita membuat perhitungan dengan Tuhan. Jangan cobai Tuhan. Berhentilah mengatakan, “Tuhan, saya tahu, Engkau Allah yang mahakuasa. Buktikanlah kekuasaan-Mu itu dengan mengeluarkan aku dari penyakit ini!” Bila Allah mengabulkan doa Anda, sadarlah, hal itu terjadi karena cinta dan kemurahan-Nya. Bukan wujud iman Anda yang benar. Allah tidak perlu membuktikan diri kepada kita. Dia tetap Allah sekalipun kita tidak mengakuinya. Dia tetap Allah sekalipun kita meninggalkan-Nya. Dia tidak berubah hanya karena kita berubah.
Berhati-hati dan bersikaplah bijak. Jangan menggantikan Allah yang sejati dengan ‘allah-allah’ yang lain oleh karena hawa nafsu kita seperti yang dilakukan umat Israel. baca selengkapnya...
Tuesday, September 15, 2009
MENCOBAI TUHAN
Situs Alternatif Download Khotbah
===============================================================
0 comments:
Post a Comment