Sudah berlangganan artikel blog ini via RSS Feed?

Wednesday, September 16, 2009

Menjamurnya Caleg dan Munculnya Caleg Jamuran

Situs Alternatif Download Khotbah
===============================================================

Mata Hati kali ini mencoba menyoroti fenomena menarik seputar ‘pasaran caleg’ yang cukup ramai menjelang pemilu tahun 2004 ini. Situasinya ramai bak pasar kaget. Kaget, karena pasar ini ada sekali dalam lima tahun. Mungkin istilah ‘pasar kaget’ cukup mengagetkan bagi mereka yang suka ‘kaget-kagetan’, tapi pasti dimaklumi oleh mereka yang memahami betul makna caleg itu sendiri. Menjamurnya caleg di pasar caleg bisa jadi sebagai antisipasi terhadap keberadaan 24 partai politik (parpol) yang membutuhkan ribuan caleg. Di antara caleg ‘asli’ itu, ternyata banyak caleg ‘jamuran’ untuk menutupi kebutuhan mendesak dari parpol yang tidak terlalu siap, atau yang kaget kok bisa lolos verifikasi. Jadi, dalam kekagetannya mereka mencomot siapa saja yang bisa dicomot. Tanpa terhindari, terjadilah over supplay caleg jamuran. Belum jelas persentasi antara ‘caleg asli’ dan yang ‘jamuran’, tapi secara kasat mata cukup menggelisahkan mereka yang masih punya hati nurani.

Lolosnya parpol dalam proses verifikasi untuk menjadi peserta pemilu, disikapi dengan berbagai komentar. Ada yang bependapat bahwa lolosnya parpol dalam verifikasi kali ini, tentu karena kesiapan, kelihaian pengurus parpol yang bersangkutan. Ada pula yang mengatakan karena faktor uang, faktor kebetulan, keberuntungan atau bahkan keajaiban. Apa pun kata orang, yang jelas sudah muncul 24 parpol dengan labelisasinya masing-masing. Parpol-parpol ini tentu membutuhkan (banyak) caleg. Nah, tingginya kebutuhan akan caleg, khususnya bagi parpol baru, menjadi peluang lahirnya caleg jamuran. Caleg jamuran adalah caleg yang lolos bukan karena seleksi kualifikasi tetapi karena koneksi relasi. Lebih parah lagi apabila caleg yang bersangkutan dicomot hanya untuk memenuhi daftar nama-nama caleg yang akan disodorkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Menjamurnya caleg bisa dipahami sebagai realita kebutuhan politis, tetapi keberadaan caleg jamuran adalah realita tragedi. Tragedi, karena jika sedang bernasib baik, para caleg jamuran akan melenggang ke gedung parlemen yang semakin megah itu. Kursi parlemen memang sangat menggiurkan dan menjanjikan, bak gula dikerubungi semut. Pebisnis yang menjadi anggota dewan, usahanya tentu akan semakin lancar. Jika dia pengacara, nada bicaranya makin lantang, dan merasa lebih berkuasa. Jabatan rangkap memang selalu membuat orang makin menggila.

Lalu, bagi caleg jamuran yang cuma ingin cari uang, status sebagai anggota dewan juga cukup menjanjikan. Sebab gaji pokok anggota dewan lumayan besar. Di luar gaji pokok, mereka masih berhak mendapat uang rapat, uang saku, uang dinas dan uang yang peruntukannya ‘aneh-aneh’ seperti uang untuk membeli peralatan rumah tangga, dan lain-lain. Hanya uang tidur saja yang belum terdengar di sini. Padahal, kalau dipikir-pikir, uang tidur ini perlu juga. Sebab bukankah banyak dari mereka yang sering rapat sambil tiduran?baca selanjutnya,..

0 comments:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment

 

Arsip Blog

Konsultasi Teologi

VIDEO

Entri Populer