Sudah berlangganan artikel blog ini via RSS Feed?

Wednesday, September 16, 2009

BERKARYA TANPA SUARA

Situs Alternatif Download Khotbah
===============================================================

Sekitar abad ke-6 SM, di Babel, tempat pembuangan bagi bangsa Israel, tercatatlah nama Daniel, anak muda dengan bibit, bebet, dan bobot, yang luar biasa. Nama Daniel berarti “Allah adalah hakimku”. Kemungkinan besar Daniel berasal dari garis keturunan Raja Hizkia (II Raja Raja 20: 17-18). Hampir dapat dipastikan dia berasal dari kalangan atas Yerusalem (Daniel 1:3), karena tidak mungkin Raja Nebukadnezar, penguasa Babel, memilih sembarang orang dari kalangan bawah untuk bekerja di istananya. Kalangan atas di sini, identik dengan orang yang berilmu tinggi serta memiliki integritas yang teruji. Tidak heran, ketika Raja Nebukadnezar mengadakan seleksi ketat untuk mendapatkan SDM terbaik bagi kerajaannya, Daniel lulus. Daniel memenuhi kriteria sebagai pemuda yang tidak punya cacat cela, berperawakan baik, memahami berbagai hikmat, berpengetahuan luas, menguasai banyak ilmu. Singkat kata, dia adalah orang yang cakap bekerja untuk tingkat istana (Daniel 1:4).

Yang membuat Daniel terpilih adalah karena kemampuan kerjanya yang sangat menonjol. Terpilihnya Daniel bukan lantaran dia piawai mempromosikan diri atau ahli dalam bidang ilmu jilatisasi yang sangat populer belakangan ini. Daniel terpilih bukan karena permintaannya sendiri, namun justru karena diminta orang lain. Mengapa? Karena dia memiliki segala aspek yang dibutuhkan untuk pekerjaannya. Dan orang yang memilki kemampuan yang bagus di bidangnya, sudah pasti akan menjadi SDM yang dicari-cari. Daniel tidak sekadar berilmu tinggi tetapi juga punya integritas yang terpuji. Dari sudut keimanan, yang memang sangat diperlukan dan menentukan, Daniel sangat teguh. Imannya telah mengalami pengujian yang sangat berat, dan Daniel lolos. Sikap iman yang tanpa kompromi itu sudah tampak jelas pada waktu seleksi, terlebih lagi pada waktu menghadapi hujan fitnah dan siasat jahat orang yang tidak senang terhadap dirinya. Singkat kata, Daniel adalah sosok dengan perpaduan langka, yaitu usia muda, berilmu tinggi, beriman teguh dengan integrasi yang terpuji. Sungguh sebuah perpaduan yang sempurna. Jadi, tidaklah mengherankan jika Daniel mendulang kesuksesan di negeri orang, meskipun statusnya orang buangan, minoritas.

Sikap Daniel sungguh kontras dengan kebanyakan orang Kristen masa kini yang bercita-cita meraup kesuksesan besar – sesukses Daniel – sekalipun tidak memiliki ilmu pengetahuan yang memadai, integritas belum teruji, serta keimanan yang tidak jelas. Sebaliknya, sangat mengherankan melihat orang Kristen yang dianugerahi Tuhan banyak talenta dan kemampuan, namun ketakutan untuk berkarya, dan selalu memakai alasan berhikmat ketika menyembunyikan dirinya di dinding kemapanan hidup. Sebuah ironi dari realita kondisi orang Kristen yang tak mampu mengenal atau menggali potensi diri. Dalam realita hidup di Indonesia, umat Kristen yang selalu menyuarakan diri sebagai minoritas dan berharap dapat mencetak ulang prestasi Daniel ‘si minoritas’ di Babel. Tetapi sekali lagi, kurang peka berkalkulasi tentang diri dan membaca situasi.baca selanjutnya,..

0 comments:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment

 

Arsip Blog

Konsultasi Teologi

VIDEO

Entri Populer