Sudah berlangganan artikel blog ini via RSS Feed?

Friday, December 14, 2012

SELAMAT DATANG DI TAHUN KRISIS

Situs Alternatif Download Khotbah
===============================================================



Hidup ini sungguh tak memiliki kepastian apapun. Semua hanya kemungkinan-kemungkinan yang tidak bisa diandalkan. Aneka analisis diluncurkan, namun semua berakhir pada kira-kira. Ketidakpastian adalah sebuah kewajaran dalam dunia yang sementara, dunia di mana manusia hidup sebagai makhluk yang terbatas oleh ruang dan waktu. Namun demikian, ketidakpastian karena keterbatasan adalah hal yang dibenci oleh manusia yang selalu bercita-cita ingin menjadi “tuhan atas dunia”.  

Ambisi menjadi penguasa dunia bahkan mendorong manusia untuk angkat senjata “melawan Allah”. Manusia bermaksud untuk mengkudeta dunia, manusia tak segan “menyingkirkan Allah”. Segala usaha dilakukan, mulai dari; teologi liberal, filsafat, psikologi hingga “logi-logi” lainnya. Keberadaan Allah digugat, kedaulatan-Nya dipinggirkan, hukum-hukum-Nya dieleminasi lewat sejuta dalih. Namun, semakin Allah disingkirkan, semakin gelap jalan kehidupan ini. 

Penemuan demi penemuan manusia ternyata tak pernah berujung, bahkan selalu diikuti oleh efek negatif yang tidak terhindarkan. Semakin hari, ketika manusia merasa semakin kuat, justru makin tampak manusia sangat rapuh. Di perjalanan hidup, dunia selalu dilanda berbagai krisis yang datang silih berganti. Anehnya, berbagai krisis datang, terjadi, diatasi, namun manusia tak pernah lulus untuk meniadakan krisis itu. Manusia seakan tak pernah cukup waktu untuk belajar. 

Kali ini, dalam peranjakan waktu menutup tahun 2008, dan menyongsong tahun 2009, lagi-lagi dunia dilanda krisis. Hebatnya lagi, yang menjadi pusat krisis adalah Amerika, negara adidaya, yang sangat bergairah menjadi penguasa dunia. Amerika, sebagai pusat pasar modal dunia, selalu dijadikan sebagai model oleh negara lainnya. Kini pasar modal Amerika terpuruk dihantam badai Lehman Brothers lewat sektor properti. Dalam ambisi setiap rakyat Amerika punya rumah, justru yang digapai malapetaka dari sektor ini. Tak jelas, apakah ini kerinduan mulia dan murni, atau utopis, atau sekadar ekspresi arogansi tuan kaya. Yang pasti, krisis yang dimunculkan telah menciptakan efek domino yang mendunia. 

Seluruh dunia kini sibuk membersihkan kotoran pesta tuan kaya Amerika. Jika dunia tak bekerja maka semua akan mati bersama. Ya, sebuah bukti bahwa Amerika memang telah menggurita di dunia ini. Jika krisis ini tak terkendalikan, lalu juga menghantam pasar uang, mengingat kredit macet di sektor credit card Amerika juga sangat wah

Sangat sulit membayangkan, dunia terperangkap pada resesi kelas superberat. Depresi akan melanda dunia, dan gaya hidup manusia akan mengalami perubahan besar: dari hidup bersama menjadi hidup memangsa. Sebuah kemungkinan yang tidak boleh diabaikan, karena apa yang terjadi sekarang adalah hal yang dianggap tidak mungkin sebelumnya. Tidak mungkin Lehman Brothers, perusahaan Amerika yang sudah berumur ratusan tahun itu, terseok, bahkan lumpuh seperti sekarang ini. 

Menjelang tutup tahun 2008, di mana-mana terdengar isak tangis hingga ratapan memilukan, sebagai ekses dari krisis yang menghantam pekerja sehingga kehilangan sumber nafkah. Memasuki tahun 2009, banyak perusahaan telah membuat list tentang jumlah pegawai yang akan di-PHK, baik langsung maupun bertahap. Rasionalisasi, sementara ini menjadi solusi yang paling masuk akal. Entah berapa ratus ribu orang akan kehilangan pekerjaan, sementara pencari kerja baru akan tertunda bekerja karena lahan kerja tak tersedia. 

Entah berapa juta orang akan jatuh miskin karena sumber nafkah telah hilang. Seorang pekerja, paling tidak punya istri, anak, atau anggota keluarga lain yang harus dia tanggung. Cukup menegangkan bukan. Jangan lupa, pusat krisis bukan Indonesia. Jika ini yang terjadi ada banyak negara kaya yang siap menolong kita. Pusat krisis adalah Amerika yang tak lagi bisa menjadi penolong, bahkan sebaliknya sangat membebani, karena negara kaya lainnya juga terseok karenanya. 

Lalu, untuk konteks Indonesia, imbas krisis pasar modal Amerika terjadi di tengah situasi yang tidak pas. Bayangkan, Indonesia baru saja menyelenggarakan beberapa pilkada yang jelas memakan biaya. Lalu tahun 2009, telah menunggu hajatan besar yaitu pemilu, yang akan makan biaya yang lebih besar lagi. Persiapan KPU, terasa sekali aroma kurangnya, dan ini diwarnai oleh kritik dan bela diri, bukan kerja sama dan solusi. Lalu, bayang-bayang gugatan atas pemilu, atau mungkin penghitungan ulang seperti yang terjadi pada beberapa pilkada, cukup beralasan untuk dikhawatirkan. Belum lagi tarik-menarik gengsi di antara petinggi yang mencalonkan diri sebagai calon presiden, yang bisa muncul menjadi arena gugat-menggugat. Alangkah kisruhnya. 

Ketika krisis ekonomi sedang berjalan, perusahaan-perusahaan mencoba mencari solusi untuk bertahan, para pemimpin justru sibuk berkampanye. Dana ikut pemilu yang tidak kecil, sudah bukan rahasia lagi akan ditarik dari pundi-pundi pengusaha swasta atau BUMN yang akan dijadikan sapi perahan. Uang terbuang karena pemilu sudah pasti, yakni pembuatan aneka alat promosi sekali pakai. Ada yang memperediksi, paling tidak 2-3 triliun rupiah akan habis untuk belanja iklan sekali pakai. Di sisi lain, persoalan buruh seperti api dalam sekam, tidak pernah diselesaikan dengan tuntas oleh pemerintah. Kedekatan dan pendekatan tidak terasa, bahkan sebaliknya aroma saling mencurigai sangat tajam. 

Krisis yang harus disikapi dengan jeli, dan membutuhkan kerja sama erat antara pengusaha, buruh, dan pemerintah, justru berada pada situasi relasi yang buruk. Juga, ada sebuah survei mengatakan, tahun 2009 akan ada 1 dari 4 orang Indonesia yang berpotensi sakit jiwa. Sebuah analisis yang tidak berlebihan jika mencermati realita yang sedang terjadi sekarang ini. Kita perlu serius menyikapi hal ini. Mungkin Anda tidak mengalami, tapi bisa saja anggota keluarga, teman, tetangga dan yang lainnya. Anda bisa memainkan peran yang pas di tengah situasi yang tidak pas ini. Karena itu tidaklah berlebihan jika saya memberi judul tulisan ini: “Selamat Datang di Tahun Krisis”. 

Kini, sebagai orang beriman, bagaimana Anda seharusnya menyikapi hal ini? Kita percaya, Tuhan tidak pernah salah dalam merenda kehidupan ini. Dia membentuk kehidupan seperti yang dikehendaki-Nya. Dalam krisis, orang percaya bisa ditaruh-Nya di sana, namun bukan untuk menjadi pecundang melainkan sebagai pemenang. Karena itu, jika Anda harus berada di dalam krisis, ketakutan bukanlah jawaban, melainkan mainkan peran menjadi model bagus bagi mereka yang mengalami krisis agar mereka bisa dikuatkan. Sementara, jika ada tak terlibat langsung dalam krisis, sadarilah bahwa situasi tenang bukan hak milik untuk dinikmati sendiri. Lihatlah sekeliling, dan belajar berbagi dengan menolong. Setiap umat dituntut bijak membaca tanda-tanda jaman, bukan yang sensasi rohani melainkan kenyataan di kehidupan. Tidak perlu tenggelam dalam ketakutan, sekalipun kekhawatiran manusia adalah kewajaran. 

Selamat datang di tahun krisis. Ini bukanlah akhir segalanya, tapi hanyalah merupakan bagian dari seni kehidupan. Selamat menjalaninya, semoga Anda mendapatkan pengalaman berharga dan semakin bijak melangkah. Takutlah jika Anda berjalan sendirian, namun bersama dengan Tuhan, Anda berada dalam pemeliharaan-Nya. Sampai bertemu di penghujung tahun 2009 nanti, dan terbuktilah Anda adalah pemenang.

0 comments:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment

 

Arsip Blog

Konsultasi Teologi

VIDEO

Entri Populer