Sudah berlangganan artikel blog ini via RSS Feed?

Wednesday, December 12, 2012

OBRAL KASIH DIBULAN NATAL

Situs Alternatif Download Khotbah
===============================================================

Ah, apa iya kasih diobral? Pasti itu menjadi tanya dibenak kita membaca judul yang ada. Namun, judul ini tak berlebihan, jika melihat trend yang ada. Cobalah simak diskusi Chris dan Natal, dua remaja Kristen. Chris membuka pembicaraan mereka, dan berkata; Tiap Natal pasti diwarnai berbagai obral. Natal menimpali sembari senyum; ah, jangan mengejek aku, katanya. Bukan! Ganti Chris menebar senyum. Soal nama, kita kan sama. Maksudku,  fashion, restoran, hotel, hingga liburan. Semua berlomba memberi “harga kasih”. Harga kasih? Natal mengerutkan kening sesaat. Lalu dia tersenyum setelah mengerti maksud Chris, dan menjawab; Itu sih biasa, warna bisnis, kesempatan setahun sekali.

Coba kamu pikir kata Chris; Sebetulnya yang untung dengan harga kasih itu siapa? Pembeli atau penjualnya? Ya, sama-sama untunglah, kata Natal. Lalu, apakah itu berarti penjualnya sedang berbaik hati kepada para pembeli? Wah, soal itu, siapa yang tahu. Yang pasti, mereka untung besar, sahut Natal! Obrolan mereka berlanjut, dan Chris berkata; Apa pendapatmu dengan obral kasih kepada sesama? Obral kasih? Natal bertanya keheranan dengan ucapan Chris. Ya, obral kasih, Chris memastikan, bahwa pertanyaannya memeng benar. Mana bisa kasih diobral, sergah Natal! Chris tersenyum dan berkata, coba pikirkan. Bukankah setiap kali bulan Natal tiba, selalu ada kunjungan kepenjara dengan membagikan bingkisan Natal. Juga ke tunawisma, panti asuhan, dan lain-lain. Padahal masih ada 11 bulan lainnya, tapi tidak ada bagi-bagi bingkisan. Tidak ada kunjungan. 

Bukankah ini juga bisa dikatakan sebagai obral, tapi bukan barang, melainkan kasih? Karena hanya terjadi setahun sekali. Belum lagi obral khotbah! Semua khotbah Natal terdengar indah, penuh kasih, sangat inspiratif, tapi jauh dari kenyataan keseharian. Semuanya bagaikan tataran teori, tapi tanpa pengujian praktek. Tampak Natal mengangguk-angguk; Betul juga ya, dia menggumam. Suaranya semakin keras dan jelas, ketika dia melanjutkan ucapannya; jika memang kasih, harusnya bukan hanya bulan natal, tapi setiap waktu. Apalagi soal khotbah, yang seringkali bagai angin surga, namun tak membumi. Ah, aku kurang menyadarinya selama ini, kata Natal seakan menyesali diri. Oh!! Jangan-jangan, kita juga terjebak ditempat yang sama, kata Natal. Chris memandang Natal dengan serius, dan bertanya; Maksudmu? Natal berkata; Ya, kita! Kita mengamati semuanya, menemukannya salah, tapi kita juga hanya pengamat saja. Kita membicarakannya, tapi tanpa tindakan yang nyata sebagai solusinya. Chris terdiam sesaat, lalu mengucap lirih; Ya, betul juga. Pembicaraan mereka hanyut dalam kesunyian, karena dari mengamati, mereka menyadari mereka juga terlibat disana. Ternyata mereka juga hanya pengamat, bukan pelaku. 

Dari diskusi pendek diatas, tampak jelas betapa kusutnya situasi asli dari Natal demi Natal yang kita jalani. Kebanyakan kita terjebak pada seremonial kegiatan Natal yang berjudul berbagi kasih, tapi terbukti setahun sekali. Atau menjadi pengamat yang kritis pada situasi yang terjadi, tapi tak berdaya untuk mengkritisi diri. Ah, semua ada dalam tataran ironi. Natal, seharusnya tak terjebak pada sebuah tanggal atau bulan, melainkan semangat Natal yang menghidupi kehidupan kita dari hari-kehari. Hidup dalam kasih sejati yang tak mengenal hari atau situasi. Sudut pandang kita harus direformasi dan berani mengikat diri kepada kebenaran yang sejati. Mari memacu diri dan berlomba untuk hidup benar, khususnya dalam menjiwai makna Natal itu. Paling tidak, tahun ini kita mulai untuk tidak terjebak.

Bagaimana dengan rencana kita Natal ini? Jangan-jangan sudah terjebak pada ikatan seremonial, dan liburan dengan target melepas diri dari kepenatan kerja. Jika sekedar itu, bukankah itu berarti kita telah kehilangan Natal lagi. Jangan sampai. Masih ada waktu merekonstruksi ulang rencana Natal kita. Buat Natal kali ini lebih sarat makna, lebih dari sekedar liburan dipenghujung tahun. Nikmati kebenaran natal bersama seluruh keluarga, bukan dalam obral kasih tapi kesatuan keluarga untuk selalu mendemonstrasikan kasih. Ya, kasih Natal yang sejati, yang telah didemonstrasikan oleh Tuhan Yesus Kristus dengan turun dari surga mulia kedunia hina, demi menebus kita dari murka Allah yang menyala-nyala. Kita yang telah menikam Nya, bukankah sudah semestinya semangat Natal menguasai kita.
Selamat Natal, dan jangan “mengobral kasih” lagi.  
 

0 comments:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment

 

Arsip Blog

Konsultasi Teologi

VIDEO

Entri Populer