Pengkhotbah 3:1, dengan segera membuka
kesadaran kita betapa terbatasnya hidup ini. Ya, segala sesuatu ada waktunya,
tidak ada yang abadi dibawah langit, kecuali waktu itu sendiri. Semua silih
berganti seturut perjalan waktu, selalu berubah. Tidak ada yang tidak berubah,
apapun yang ada dimuka bumi, kecuali perubahan itu sendiri. Proses perjalanan
waktu dan perubahan, menjadi papan pengumuman bagi manusia yang dimakan
olehnya. Waktu bisa bagaikan monster yang mengerikan yang hendak menghabisi
diri. Merambat, tapi pasti, mendekati dan dengan segera menghabisi, itulah
jalan kematian. Sementara disisi yang lain, ada kontras yang mendebarkan, waktu
datang terasa lambat, ditunggu, dirindukan, itulah kelahiran.
Dua nada berjalan
sekaligus dalam kehidupan, dan semua perubahan itu bisa terjadi sewaktu-waktu
tanpa ada yang bisa menduga. Orang bisa ketakutan seakan maut sudah sangat
dekat. Tapi apa yang hendak dikata, karena kematian justru datang pada yang tak
menduga. Sebaliknya, bayang kegembiraan semakin menebal menanti teriak suara
bayi yang akan segera lahir. Tapi siapa bisa menduga, penantian bahagia dalam
sekejap berubah menjadi ratap tangisan. Waktu menyimpan misteri perubahan,
datang dan pergi dari arah tak terduga. Ironisnya, manusia selalu gagal
memahaminya, sehingga cenderung hidup tak bijaksana. Menghambur waktu, atau
malah bergelut dan terikat dengannya. Yang pasti, keduanya hanya menjadi
permainan didalam waktu. Yang menghambur menangis, karena kehilangan jutaan
peluang.
Sementara yang bergelut dan terikat dengan waktu, tak pernah bisa
hidup berbagi dalam kebersamaan. Ah, malangnya manusia yang tak pernah tepat
dalam menempatkan dirinya. Itu pula yang menjadi perenungan dalam kitab
Pengkhotbah. Apapun yang dilakukan manusia, hanyalah kesiasiaan kata
Pengkhotbah. Pengkhotbah bukanlah kitab yang pesimis terhadap kehidupan, tapi
sebaliknya, ini adalah kitab yang sangat realistis dalam memandang hidup
manusia dikesementaraan. Namun kitab Pengkhotbah bukanlah hanya pengamatan
tanpa solusi, seperti kebanyakan pidato para pemimpin yang bernada tapi tak
bermakna. Hanya omong kosong, itu istilah sinisnya. Pengkhotbah tak seperti
itu. Dia menggiring manusia pada sebuah kesadaran diri yang sangat rentan dan
terbatas. Semua hanya sementara. Karena itu Pengkhotbah mengingatkan manusia
agar kembali kepada Sang Pencipta. Kepada Sumber Hidup, yang sangat mengenal
manusia dan pemelihara yang tiada tara. Ya, diluar Tuhan, itulah yang sia-sia.
Memang manusia hidup dalam kesementaraan, namun didalam Tuhan bisa tersatukan
dengan kekekalan. Memang didalam dunia suka duka datang silih berganti, namun
didalam Tuhan, ada kekuatan untuk bisa melewatinya. Itulah indahnya persekutuan
dengan Tuhan. Dia memilih kita menjadi orang percaya untuk hidup bergantung
kepada Nya dan berkarya untuk kemuliaan nama Nya.
Oleh karena itu, yang menjadi
penting bagi kita saat ini, bukan kapan kita akan mati, tapi apa yang harus
kita lakukan saat ini, dihidup ini. Hidup sebagai orang tebusan yang
mengerjakan keselamatan hingga ujung usia. Penting merenungkan posisi diri.
Apakah kita hanya pengeluh yang tak pernah bertindak. Atau sebaliknya, orang
yang selalu bertindak tapi tak bergantung pada Tuhan. Awas, jangan sampai
kegiatan agama menjebak kita dalam dunia yang bernama pelayanan. Namun dalam
kesejatian kita melayani diri dan bukan Tuhan. Memuaskan rasa keberagamaan.
Orang yang melayani Tuhan berlaku satu rumusan, pohon dikenal dari buahnya.
Apakah perubahan hidup, yang terus berbuah (Galatia 5:22-23), semakin nyata?
Atau hanya kegiatan pelayanan yang semakin bertambah, namun kualitas hidup sama
dengan yang sebelumnya. Selamat menemukan diri secara benar di tahun yang baru,
yang sesungguhnya tak juga baru. Toh pergantian tahun ada dipengulangan. Namun
apakah kita berubah semakinmenjadi seperti Dia, itu yang penting. Selamat
menemukan makna hidup orang yang telah diperbaharui. Sekali lagi selamat tahun
baru, yang selalu perlu digali dan menemukan makna didalamnya. Ingat, waktu
yang tampak lambat, sejatinya bergerak sangat cepat, jangan sampai tertinggal.
0 comments:
Post a Comment