Sudah berlangganan artikel blog ini via RSS Feed?

Wednesday, December 12, 2012

TERANG NATAL DIBENCANA HIDUP

Situs Alternatif Download Khotbah
===============================================================

Kegalauan hati menyongsong Natal pasti melanda banyak umat kristiani yang menjadi pengungsi. Mereka penjadi pengungsi akibat bencana yang tak pernah diduga. Porak poranda perjalanan kehidupan. Kehilangan harta, hingga orang yang tercinta. Tak terbilang besarnya duka yang melanda. Tak pula kita mampu mengukurnya, sekalipun coba berempati, tetap saja sangat terbatas apa yang bisa kita bagikan. Bagaimanapun juga Natal telah menjadi warna tersendiri bagi umat kristiani. 

Kegiatan bergerak, dari belanja, hingga menghias pohon Natal dirumah. Begitu pula aneka asesoris yang mendadak menjadi sangat perlu. Semua kegiatan telah menjadi roh nya Natal. Tak salah berkegiatan, tetapi menjadi masalah besar karena ini telah menjadi roh yang salah. Kesalahpahaman terus membesar, mengakibatkan umat kehilangan makna natal. Dan, ini pula yang mengakibatkan bencana dianggap sebagai duka yang menodai semarak natal. Padahal, jika menelusuri perjalanan Natal, tak ada suasana semarak disana. Bayangkanlah Maria yang hamil tua harus melakukan perjalanan panjang dari Nazaret menuju Betlehem. Jalan yang turun naik sama sekali tak bersahabat. Belum lagi kesunyian, diantara hiruk pikuk orang banyak, yang berpacu dengan keinginan diri sendiri. Tak saling peduli satu dengan yang lainnya, menjadi kesunyian tersendiri. Maria dan Yusuf tak mendapat prioritas karena kehamilan, bahkan sebaliknya menjadi yang terbelakang tiba di tujuan. 

Bukan itu saja, efek lanjutan semakin terasa, tak ada tempat untuk mereka di Betlehem. Namun semarak Natal tetap terwujud, bukan karena kemeriahan asesoris atau kumpulan orang banyak. Tetapi terwujud karena hati yang bersukacita, sekalipun tamu hanyalah kelompok kecil gembala kelas bawah. Ya, itulah Natal, Tuhan berpihak pada umat yang diperkenan Nya. Sukacita yang datang dari surge. Inilah pesan sejati Natal. Andaikan setiap kawan yang tertimpa musibah bencana alam mampu menangkapnya, saya menjadi berpikir keras, jangan-jangan mereka akan jauh sangat bersukacita dalam menikmati Natal. Jangan lupa, kesibukan kota, aneka acara, dan rentetan Natal, bisa membuat kita kehilangan momentum sesungguhnya. Sebaliknya, kedukaan yang mendalam bisa menjadi pintu lebar memasuki makna sejati Natal. Saya sangat berharap, kawan-kawan yang mengalami musibah tak tenggelam bersama harta mereka yang hilang. 

Sekali lagi, sebaliknya justru menjadi penghalang yang tersingkir, sehingga malah bisa melihat Natal sejati. Kesedihan memang rasa yang tak dapat dibohongi. Namun iman juga menjadi kekuatan yang tak terbantah. Bukankah kekuatan Natal adalah perenungan. Ingat perjalan Yusuf dan Maria yang sedang mengandung. Dan, bukankah kedukaan menjadi penolong yang baik. Asal tak larut dalam kedukaan, itu bisa jadi alat bantu perenungan yang hebat. Ingatlah kisah Natal pertama, maka belajarlah menikmatinya, karena anda telah memiliki tanpa merancangnya. Banyak orang kota, orang berpunya, coba mendisain suasana, tetapi mereka hanya punya bayangan, bukan keutuhan. Lilin yang menyala dikegelapan karena lampu mati, tetap saja suasana yang tak tentu masuk dihati. Temukanlah berkat yang Tuhan sediakan dikehidupan ini, entah ada atau tidak ada harta. Entah kita sedang senang atau susah, sehat atau sakit, kaya atau miskin. Karena tak satupun dari semua itu yang menjadi inti Natal. Inti Natal adalah mengalami pertemuan yang pribadi dengan Tuhan, merasakan kasihnya secara utuh, maka keadaan tak pernah menjadi penganggu. 

Natal dibencana hidup adalah sebuah keniscayaan, bukan kenistaan. Sebaliknya, kita yang menduduki kota, yang aman tanpa becana, hati-hati jangan sampai dikemapanan justru kita mengalami bencana terngeri karena kehilangan makna Natal. Harta, kedudukan masih kita miliki, tetapi Yesus Natal yang sejati tak lagi mampu kita imani seutuhnya. Tragedi Natal justru paling banyak terjadi disana. Ingat para imam kepala, ahli taurat, yang tokoh agama, memilih tinggal di kenikmatan istana, sehingga tak pernah hadir di Natal sejati. Sebaliknya majus sikafir mengayunkan langkah menuju Betlehem kota kecil, dan bersuka cita karena Natal itu. Seharusnyalah kita terus menggali kebenaran ini. Sayangnya kita justru terbawa arus dunia yang memang semakin menggila. Natal bukan apa yang anda punya, atau apa yang ada disekitar diri. Natal justru ketika kita merasa tak punya, sehingga Tuhan hadir disana, dihati kita. Semoga Natal ada di bencana hidup, supaya anda tak kehilangan untuk yang kedua kalinya. Sebaliknya, berimanlah dalam kesungguhan, supaya anda mendapakan dikehilangan. Natal dibencana hidup bagikan mutiara mahal dari lumpur kotor. Selamat hari Natal, selamat memaknainya. 

0 comments:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment

 

Arsip Blog

Konsultasi Teologi

VIDEO

Entri Populer