Sudah berlangganan artikel blog ini via RSS Feed?

Tuesday, December 10, 2013

AWAS “ROH BILEAM”, SI PECINTA UANG

Situs Alternatif Download Khotbah
===============================================================

KISAH Bileam tentu cukup familiar bagi saudara. Nama Bileam kemungkinan berasal dari kata kerja “bela” dengan akhiran “am”, yang bisa berarti menelan atau pelahap. Ayahnya bernama Beor, itu sebab dia disebut juga sebagai Bileam bin Beor (Bilangan 22: 5).Dia tinggal di Petor, tepian Sungai Efrat. Bileam bin Beor oleh Rasul Petrus disebut sebagai seorang yang suka menerima upah untuk perbuatan-perbuatannya yang jahat (2 Petrus 2:15). Bileam bukanlah seorang Israel, dia adalah seorang juru tenung yang sangat terkenal. Dia dapat meramalkan, bahkan mengutuki sebuah bangsa dengan kemampuan supranaturalnya. Yang menarik dari Bileam yang bukan Israel ini adalah fakta lain, yaitu, bahwa dia juga pernah hidup sebagai seorang percaya dan takut akan Tuhan (Bilangan 22:18).

Tak terlalu jelas urutan kisah hidupnya, atau pun titik percayanya, namun yang pasti, dia memainkan peran penting dalam kegagalan Israel untuk menaati sepenuhnya ketetapan Tuhan. Balak bin Zipor, raja Moab, berusaha mendapatkan bantuan Bileam agar dengan kemampuannya mengutuki Israel. Namun dalam takut akan Tuhan, Bileam menolak permintaan Raja Balak. Bahkan ketika Balak menjanjikan bayaran yang ekstrabesar, Bileam tetap menolaknya. Balak sebagai raja menjadi geram, namun dia tak berdaya mempengaruhi Bileam.

Sekilas tampak keunggulan Bileam yang menolak tawaran uang dari Balak. Bileam takut kepada murka Tuhan, dan tak berani berbeda kata dengan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Dia menyatakan apa yang dinyatakan Tuhan, tak berani mengubahnya. Jika demikian di mana kesalahan dan keserakahannya? Ternyata, di kemudian hari Bileam memainkan cara keji untuk menghancurkan Israel. Lepas dari Balak, Bileam membangun koalisi dengan bangsa Midian yang juga gentar terhadap Israel. Tapi kali ini Bileam tak hendak mengutuki Israel, karena dia sadar akan berhadapan lagi dengan Tuhan. Maka Bileam memberikan masukan jitu kepada raja-raja Midian untuk mengajak Israel menikmati korban bakaran yang mereka persembahkan kepada ilah mereka yaitu Baal-Peor.

Perempuan-perempuan Moab (dari kerajaan Balak) mengambil peran sebagai penggoda dalam mengajak Israel. Perempuan sebagai umpan, bahkan hingga perjinahan dan juga membawa Israel masuk dalam perangkap penyembahan berhala. Bagaikan kisah spionase modern, perempuan yang diumpan sukses besar menggaet orang-orang Israel (Bilangan 25:1-3). Tentu saja sukses ini menyenangkan bukan saja Midian, tetapi juga kerajaan-kerajaan lain yang takut terhadap Israel. Peristiwa ini membuat Tuhan murka atas ketidaksetiaan Israel, dan memerintahkan Musa untuk menghukum mereka yang menyeleweng. Tak tanggung-tanggung, 24.000 orang mati karena tulah yang dijatuhkan Tuhan sebagai hukuman. Israel dimurnikan kembali. Tetapi Tuhan juga menjatuhkan hukuman terhadap Midian yang telah menjebak Israel atas nasihat Bileam, sehingga mereka juga mendapat balasan, sehingga raja-raja Midian ditewaskan, termasuk Bileam bin Beor (Bilangan 31: 8).

Dengan mudah kita akan melihat kelicikan seorang Bileam. Bileam tampak taat kepada Tuhan sehingga tidak mengutuki Israel, sekalipun Balak membayar tinggi. Namun di sisi lain, menghindar dari mengutuki, dia menasihati Midian untuk mengajak Israel menikmati persembahan berhala dengan memakai wanita yang adalah orang-orang Balak. Jadi Bileam tidak sepenuhnya melepas Balak, bahkan menciptakan koalisi segitiga (Bileam, Midian, Moab). Dan, tentu saja bayaran yang diterima menjadi lebih banyak. Bileam tahu betul, jika Israel berbuat dosa pasti Tuhan akan murka besar. Dan, Israel memang mendapat murka Tuhan, namun tidak semuanya terlibat. Karena itu tidak heran jika Petrus menyebutnya si pecinta upah, karena dia memang akan mencari berbagai cara asal mendapatkan upah, termasuk memakai wanita sebagai umpan. Itu sebab kitab Wahyu menjulukinya sebagai penyesat, berhala dan zinah (Wahyu 2: 14).

Kisah Bileam yang licin ini tak berhenti hingga pada eranya saja, tapi terus berlanjut hingga kekinian masa. Pemimpin agama dengan sejuta cara, masih banyak yang berusaha mencari laba alias upah. Menumpuk kekayaan dengan berbagai dalih, membelokkan kehidupan beriman yang sesungguhnya. Nasihat, nubuatan, penglihatan, sering kali sarat dengan kepentingan pribadi. Semuanya dibungkus rapi dalam baju rohani yang tampaknya wah, bijaksana, dan penuh karunia. Umat tak lagi memperhatikan buah hidup dari para pemimpin. Berusaha tutup mata dengan dalih, itu urusan mereka dengan Tuhan.

Lihatlah peristiwa Israel, Tuhan murka dan tak segan-segan membantai 24.000 orang. Siapa yang dipakai? Tangan-tangan Israel, dan ini untuk menjaga kesucian Israel. Seharusnyalah umat Kristen menelanjangi dosa-dosa yang tersembunyi demi menjaga kesucian gereja. Baik dosa umat, apalagi pemimpin. Jangan lagi berdalih itu urusan masing-masing dengan Tuhan, karena Alkitab dengan jelas sudah mengatur ketentuannya (lihat kasus; Yesaya 1: 23, Matius 23:13-36, cara penanganan; Matius 18:15-20).

Tentu saja ini bukan sekadar pelampiasan kejengkelan, tapi dalam rangka penegakan kebenaran. Bagaimana mungkin kita sebagai umat bisa tetap mengikuti pimpinan dari pemimpin yang salah ajaran, salah motivasi, dan tak berniat mengubah diri? Dengan membiarkan hal itu terjadi, sama saja kita mengabaikan kebenaran Firman Tuhan, sama saja kita membiarkan kehancuran gereja dengan cara perlahan tapi pasti. Bileam harus ditelanjangi dosa-dosanya, agar umat tak terkontaminasi dan mengikuti cara hidupnya. Saat ini, dengan mudah kita bisa menemukan contoh pemimpin yang salah, dan kenyataan ini sangat memprihatinkan. Seharusnya kita susah menemukan pemimpin yang salah, artinya, perjalanan gereja masih benar dalam rel kebenaran Firman Tuhan. Kisah Bileam harus menjadi catatan penting, mencermati kehidupan tidak hanya pada satu titik kehidupan, tapi sepanjang perjalanan kehidupan ini. Lihatlah Bileam yang benar di awal, tetapi rusak total di tengah jalan. Namun lebih tajam lagi, Bileam hanya benar fenomenanya, karena sejatinya, hatinya sarat dengan tipu daya. Bileam, adalah tipe pemimpin yang mudah mencari-cari alasan untuk pembenaran suatu cara.

Membangun suatu proyek pelayanan (pembangunan gedung gereja, atau bentuk lainnya), bahkan dengan menyebut Tuhan yang perintahakan pada dirinya. Namun ketika dicermati dengan teliti, ternyata, itu hanyalah cara licik memperteguh posisi, dan lebih parah lagi mengambil keuntungan. Uang yang mengalir tak transparan, begitu juga kepemilikannya. Sementara umat cenderung lugu, tidak mau tahu. Padahal dalam berbisnis umat selalu bijak, sehingga tak mudah menjadi korban penipu, bahkan mampu menangkap si pelaku.

Akankah barisan Bileam-Bileam masa kini akan terus memanjang? Tampaknya memang demikian. Itu sebab umat terus dituntut memahami kebenaran seutuhnya, bukan separuh-separuh. Konsisten dalam hidup yang benar, sehingga dapat menjadi model yang benar pula. Tajam mencermati, berani menelanjangi, dan tak berhenti menyuarakan kebenaran, agar tak banyak umat yang tersesat, atau kecewa terhadap kekristenan. Selamat memainkan peran sebagi Kristen yang sejati, dalam kata dan tindakan nyata. Selamat membongkar kepalsuan Bileam, Tuhan pasti menyertai.

0 comments:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment

 

Arsip Blog

Konsultasi Teologi

VIDEO

Entri Populer