Keluarga bahagia seringkali menjadi mimpi yang tidak kunjung teraktualisasi. Keluarga bahagia hanya ada dalam seminar dan iming iming yang tidak bisa dipertanggungjawabkan sinis beberapa orang. Sikap sisnis ini bisa dipahami karena jauh lebih mudah menemukan keluarga bermasalah dibanding keluarga bahagia. Apalagi jika tiap keluarga ditelusuri secara teliti. Hal ini memang sangat membuka ruang debat mengingat rumusan bahagia itu sendiri sangat kabur. Bahagia jika dilihat dari segi kuantitatif adalah besarnya jumlah kapital yang dimiliki. Sementara secara kualitatif bahagia disorot dalam nilai relasi antara komponen keluarga (suami, istri, anak). Lalu bagimana Alkitab menyoroti Keluarga Bahagia?. Mazmur 128, memberikan gambaran yang tuntas bagi kita tentang kakekat keluarga yang bahagia. Kebahagian berawal dari rasa takut akan Tuhan yang berdampak pada sikap puas diri, jujur, kasih dan respek yang tinggi. Pemazmur mengungapkan sebab akibat membangun kebahagian sebagai berikut :
1. Takut akan Tuhan, adalah kunci awal membangun bahagia karena sikap ini menolong seseorang menemukan jati dirinya yang sejati. Penemuan jatidiri membuat seseorang puas pada realita dirinya sebagai orang yang dikasihi Tuhan dan berharga dimata Tuhan. Rasa puas akan diri sebagai gambar Illahi menjadi nilai utama menggapai bahagia. Seluruh proses penemuan ini terjadi didalam perenungannya akan Firman Allah yang hidup, yang menjadi kesukaan orang yang takut akan Tuhan.
2. Orang yang takut akan Tuhan akan diikuti dengan sikap jujur dalam berkarya. Pemazmur berkata mereka memakan hasil keringatnya, bukan keringat orang lain. Hidup jujur dan memakan hasil keringat sendiri akan menolong seseorang puas akan nilai kepemilikanya. Dia tidak tergiur dengan milik orang lain dan selalu mempunyai cukup waktu untuk keluarganya. Kecintaan pada harta seringkali menjadi pemicu pengabaian akan keluarga. Ini sangat berbahaya.
3. Istrinya seperti pokok anggur yang subur merupakan lukisan indah tentang kebahagian sang suami. Pokok anggur yang subur adalah produktifitas yang menggairahkan. Kepuasan suami tidak terletak pada berapa yang bisa dibawanya pulang melainkan penyambutan yang diterima dari istri tercinta. Dan bagi istri kejujuran dan kepeduliaan suami pada istri menjadi inti kebahagiaannya.
4. Anaknya seperti tunas pohon zaitun adalah kebanggaan dan pengharapan akan masa depan yang menjanjikan. Anak yang kelak menjadi bau harum yang membahagiakan kedua orangtuanya. Anak yang memberi bahagia pada orangtua adalah ekspresi orangtua yang mau dan mampu menjadi model, modal dan motor bagi anak anaknya.
Pertanyaannya yang penting bagi kita kini adalah : Sudahkan kita memulai kehidupan ini dengan tepat yaitu dari takut akan Tuhan yang tampak nyata dalam kehidupan kita. Mungkin anda berkata suami saya bukan orang yang takut akan Tuhan. Mulailah dari sendiri, seperti kata Alkitab Suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh Istri (I Korintus 7:14). Akhirnya, SELAMAT BERBAHAGIA
1. Takut akan Tuhan, adalah kunci awal membangun bahagia karena sikap ini menolong seseorang menemukan jati dirinya yang sejati. Penemuan jatidiri membuat seseorang puas pada realita dirinya sebagai orang yang dikasihi Tuhan dan berharga dimata Tuhan. Rasa puas akan diri sebagai gambar Illahi menjadi nilai utama menggapai bahagia. Seluruh proses penemuan ini terjadi didalam perenungannya akan Firman Allah yang hidup, yang menjadi kesukaan orang yang takut akan Tuhan.
2. Orang yang takut akan Tuhan akan diikuti dengan sikap jujur dalam berkarya. Pemazmur berkata mereka memakan hasil keringatnya, bukan keringat orang lain. Hidup jujur dan memakan hasil keringat sendiri akan menolong seseorang puas akan nilai kepemilikanya. Dia tidak tergiur dengan milik orang lain dan selalu mempunyai cukup waktu untuk keluarganya. Kecintaan pada harta seringkali menjadi pemicu pengabaian akan keluarga. Ini sangat berbahaya.
3. Istrinya seperti pokok anggur yang subur merupakan lukisan indah tentang kebahagian sang suami. Pokok anggur yang subur adalah produktifitas yang menggairahkan. Kepuasan suami tidak terletak pada berapa yang bisa dibawanya pulang melainkan penyambutan yang diterima dari istri tercinta. Dan bagi istri kejujuran dan kepeduliaan suami pada istri menjadi inti kebahagiaannya.
4. Anaknya seperti tunas pohon zaitun adalah kebanggaan dan pengharapan akan masa depan yang menjanjikan. Anak yang kelak menjadi bau harum yang membahagiakan kedua orangtuanya. Anak yang memberi bahagia pada orangtua adalah ekspresi orangtua yang mau dan mampu menjadi model, modal dan motor bagi anak anaknya.
Pertanyaannya yang penting bagi kita kini adalah : Sudahkan kita memulai kehidupan ini dengan tepat yaitu dari takut akan Tuhan yang tampak nyata dalam kehidupan kita. Mungkin anda berkata suami saya bukan orang yang takut akan Tuhan. Mulailah dari sendiri, seperti kata Alkitab Suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh Istri (I Korintus 7:14). Akhirnya, SELAMAT BERBAHAGIA
0 comments:
Post a Comment