Kata-kata ini menjadi sangat
populer karena selalu dikaitkan dalam
kesembuhan, di KKR atau kebaktian khusus lainnya. Juga dijadikan argumentasi
klaim terhadap janji Tuhan. Apakah memang begitu? Disisi lain terasa ironis,
karena bilur yang menyembuhkan tak terasa dalam konteks penebusan Yesus Kristus.
Petrus dalam suratnya 1 Petrus 2:22-25, dengan sangat jelas menempatkan bahwa
arti bilur yang menyembuhkan adalah ber-kaitan langsung dengan penebusan
Kristus (ay 25).
Sakit disini digambarkan sebagai kondisi orang berdosa,
berpenyakitan tak berpengharapan. Dan darah Kristus menyembuhkannya. Ayat ini
sendiri merupakan kutipan dari gambaran hamba yang menderita dalam Yesaya 53.
Jelas sekali tak berkaitan dngan kesembuhan fisik melainkan jiwa. Orang yang
sakit jiwanya tak mengenali diri dengan benar, dan bertindak diluar kendali dan
nalar. Itu sebab tindakan orang sakit jiwa tak bisa digugat secara hukum,
ka-rena dinilai tindakan yang tidak disadari. Nah, dari sakit itulah, dalam
konteks dosa, kita disembuhkan. Banyak orang percaya yang sakit phisik, bahkan Pau-lus
yang rasul, Timotius muridnya, sakit berat dan tak pernah diceritakan sembuh.
Paulus ada duri yang sangat menyakitkan tubuhnya, sementara Timotius ada
gangguan pencernaan.
Apakah bilur Yesus tak bisa menyembuhkan mereka, sehingga
mereka tetap sakit? Tentu saja tidak begitu. Karena yang salah adalah tafsir
atas ayat itu. Kesembuhan
oleh karena kemurahan Tuhan Yesus ada, tapi bukan berdasarkan ayat itu. Adalah
kurang bijak mendegradasi ayat, bilur yang menyembuhkan dari sakit keberdosaan
menjadi bilur yang menyembuhkan sakit penyakit fisik. Alangkah indahnya jika
tiap ayat dipahami dalam konteksnya, sehingga tidak dipaksakan menurut
keinginan dan kebutuhan kita. Yesus Kristus telah mati diatas kayu salib, bilur
Nya (KBBI : luka panjang karena cambukan; darisanalah mengalir darah) telah
menyembuhkan, menyelamatkan kita dari penyakit yang telah mematikan kesadaran
kita akan kebenaran. Yesus
hamba yang menderita, dicambuk hingga ter-luka, dan mati mencucurkan darah
suci, agar kita juga mati terhadap dosa. Tidak lagi menjadi hamba dosa. Yesus
yang mati itu, bangkit dan mengalahkan maut, dan kita orang percaya juga
bangkit dan hidup baru.
Dengan gagah Paulus berteriak : Hai maut dimakah
sengatmu? Maut telah kalah, dosa telah ditaklukkan, maka sudah seharusnya kita
hidup dalam kebenaran. Hidup dalam benar, hidup sesuai perintah Tuhan, adalah
kemerdekaan yang tak ternilai. Itu sebab Yesus berkata pada orang yang ditolong
Nya; jangan berbuat dosa lagi. Ya, jangan berbuat dosa lagi. Dengan berbuat
dosa, sama saja kita menyalib-kan kembali Yesus Krsitus, kita menjadi pelaku
langsung. Hidup berkemenangn adalah hidup yang benar, bukan karena hidup kaya,
atau hidup sehat. Ingat janda miskin dalam kisah injil, dia adalah pemenang.
Ingat Lazarus pengemis yang berpenya-kitan sangat mengerikan, dia adalah
pemenang. Orang Kristen masa kini sangat tergiur dengan harta dunia, sehingga
coba merohanikan dan melagalitas nya dengan ayat-ayat suci. Kaya memang bukan
dosa, tetapi miskin juga bukan aib. Jika bilur-bilur Nya memang telah
menyembuhkan diri kita, seharus-nyalah kekayaan dan kesehatan bukan tujuan,
melainkan alat untuk memuliakan Tuhan. Tujuan hidup orang percaya adalah memuliakan Tuhan, entah kaya atau miskin.
Banyak orang berteriak, bilur
Nya telah menyembuhkan, tetapi hidup dalam perbudakan dosa. Hidup dalam
kesombongan, kebenciaan, bahkan tipu daya. Paskah, Yesus yang telah bangkit
bagi orang percaya, seharusnya ini dipahami sebagai kemenangan total. Karena
itu menjadi ironis sekali bukan, jika gereja menjadi pusat mencari keuntu-ngan,
dimana persembahan menjadi target gereja, atau aset gereja berubah menjadi aset
pribadi. Apa artinya Jumat Agung, karena sudah tak Agung lagi, akibat
keserakahan yang ada. Apa pula artinya Paskah, bukan lagi kebangkitan,
kemenangan, karena manusia kalah terhadap godaan kekayaan dan kesombongan.
Alangkah indahnya menjadikan Jumat Agung dan Paskah sebagai titik dan pusat
perenungan pribadi. Ini momentum luarbiasa.
Sudah-kan saya ditebus dan sudahkah saya mengabdi kepada Yesus Kristus
Tuhan? Pas lah jika kita bertanya : Apakah sesungguhnya bilur-bilur Nya telah
menyembuhkan aku? Jika kita masih berlumur dengan kepalsuan dan kesombongan,
kita tahu jawabannya bukan? Semoga memang benar bilur-bilur Nya telah
menyembuhkan kita. Tapi bukan terdengar dari mulut kita, melainkan tampak nyata
dari perbuatan kita. Selamat hari Jumat Agung dan selamat Paskah.
0 comments:
Post a Comment