Dalam sejarah pemberitaan injil, ternyata
pemutarbalikan kebenaran injil demi motif tertentu sangat kental. Rasul Paulus
mengkritik umat di Galatia karena ternyata mereka sangat rentan terhadap injil
lain (Galatia 1:6-8). Apakah yang dimaksud Paulus dengan injil lain? Ternyata ada banyak pengajar yang
mencampur adukkan antara injil dengan syariat Taurat. Artinya, penetapan
ritual-ritual yang justru mendegradasi injil yang sesungguhnya. Kedatangan
Yesus telah menggenapi Taurat, dan memang bukan meniadakannya.
Artinya, dengan kedatangan-NYa, kematian,
dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus maka tidak lagi diperlukan darah domba
sebagai penebus dosa, karena darah Kristus sudah menggenapinya. Tak lagi perlu
ribut soal makanan najis, karena Kristus telah tersalib untuk semuanya. Itu
sebab Yesus Kristus sendiri telah berkata, tidak ada yang haram yang masuk
kedalam mulut, melainkan apa yang keluar dari mulut, seperti caci maki dan
lain-lain. Jadi jelas sekali, oleh injil lain, penggenapan Taurat oleh Yesus Krsitus melalui kematian Nya, ditiadakan, dan
ritual PL tetap dilakukan. Kematian Kristus belum cukup, sehingga masih perlu
korban. Masih tetap ada makanan yang najis atau haram. Bahkan sunatpun
seringkali dipersoalkan dari perspektif rohani, dalam kaitannya dengan karunia
Kristus. Inilah yang dikritik Paulus dari umat di Galatia, karena mereka mudah
goyah dan segera berubah oleh injil yang lain. Umat Galatia diingatkan bahwa
penggenapan Yesus Kristsu atas Taurat bersifat menyeluruh dan final.
Sehingga mencampuradukkan Injil dengan
Taurat adalah sebuah kesalahan fatal. Ironisnya fakta ini terus berlanjut ke
jemaat masa kini yang juga mudah tergoyah. Banyak ajaran saat ini yang seakan
akan sempurna karena kembali kepada tradisi Yahudi di PL. Kelompok yang
mengangkat dan merayakan berbagai hari raya yang sesungguhnya adalah simbol
dari Kristus. Misalnya seperti Pesakh, kelepasan dari maut di Mesir, adalah
simbol dari paskah, yaitu kelepasan dari dosa oleh penebusan Yesus
Kristus. Pada umumnya hal ini dilakukan
dalam rangka menarik minat pengikut baru. Seakan tampak lebih rohani, padahal
sesungguhnya justru mundur jauh. Mengapa umat bisa tertarik? Sederhana sekali,
karena umat tidak pernah mencintai dan mengerti injil seutuhnya. Injil tak
didalami, mendengar khotbah seringkali seperti kewajiba agama yang terpenuhi.
Secara pribadi atau kelompok, jemaat tak suka menggali dan mendalami kebenaran.
Inilah yang menjadi kelemahan jemaat dari masa kemasa.
Akibatnya sudah dapat dibayangkan, ketika
datang ajaran dengan berbagai tambahan, maka tampak seakan lebih benar. Ini
membuat umat berpikir bahwa dia sedang melengkapi ke kristenannya, padahal yang
sesungguhnya terjadi, dia justru mengingkari kesejatian Injil. Umat tidak sadar
sedang merendahkan Yesus Kristus yang sesungguhnya menjadi pusat dan puncak
dari iman kristiani. Umat terombang ambing oleh berbagai ajaran Injil lain.
Injil lain yang seringkali diberitakan demi keuntungan perut bagi pengabarnya,
seperti sering dikatakan rasul Paulus. Karena itu anda perlu cerdik, dengan mengenali
injil lain dalam berbagai bentuk. Berbalutkan mujizat yang menjadi ukuran
keimanan, atau jaminan kaya dan sehat apabila dalam Yesus. Padahal Yesus
sendiri berkata, sangkal dirimu, pikul salibmu dan ikut Aku. Tidak ada yang
salah dengan mujizat, kaya, atau sehat. Namun mengharuskannya sebagai wujud
keberimanan adalah kejahatan. Semua itu adalah berkat ekstra yang Tuhan berikan
dalam menjalani kehidupan ini. Jangan lupa janda miskin yang hebat didalam PB.
Atau gambaran lengkap Lazarus sipengemis
yang miskin dan sakit total. Atau Yesus Kristus dan para murid-Nya yang juga
terbilang miskin, dan Paulus sang rasul yang mengalami sakit yang luar biasa,
dari duri didalam tubuhnya. Apakah mereka salah, tidak beriman atau tidak
diberkati? Injil lain memang merusak banyak hal, namun sudah seharusnya kita
belajar bersikap, menguji, dan menelanjangninya. Semoga kita bertumbuh menjadi
jemaat yang sehat dalam beriman dan tak terjebak oleh injil lain.
0 comments:
Post a Comment