Judul
ini mengacu pada apa yang diucapkan rasul
Paulus tentang kehidupan seorang Kristen. Dalam 2 Korintus 4:16, Paulus
berkata; sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami
semakin merosot, namun manusia bathiniah kami dibaharui dari sehari kesehari.
Sebuah fakta kehidupan yang sangat menarik. Bahwa manusia lahiriah menurun,
adalah fakta tak terbantah dan tak terhindar. Bagaimanapun setiap orang akan semakin
menua dalam usia, dan menurun kualitas hidupnya. Ini kasat mata.
Dan, karena kasat mata pula maka tubuh
lahiriah menyedot perhatian yang banyak. Tubuh ini menuntut berbagai pelayanan
ekstra. Dari suplemen hinggan vitamin dikonsumsi silih berganti. Belum lagi
olah raga, dari yang tradisional seperti berlari hingga modern seperti fitness
dan golf. Dari
yang gratis hingga berbiaya tinggi. Olahraga bahkan menjadi life style dan
gengsi tersendiri. Belum lagi kaum hawa yang sibuk dengan berbagai paket dan
model pemeliharaan tubuh agar menjadi langsing dan menarik. Ya, pemeliharaan
tubuh yang menghabiskan biaya yang tak terbatas. Dari yang sepele seperti
membersihkan kuku, hingga sedot lemak. Belum lagi operasi plastik untuk mencari
bentuk yang wah. Mengencangkan kulit hingga merubah anggota tubuh. Yang pasti,
manusia masa kini sangat berkonsentrasi terhadap tubuh lahiriah dan rela
mengeluarkan biaya tinggi. Ironisnya, disaat manusia modern sibuk dengan usaha
memenuhi tuntutan gaya hidupnya, terjadi pengabaian terhadap kebutuhan manusia
bathiniah. Kebutuhan seperti ibadah menjadi prioritas terendah.
Kehidupan doa dan displin rohani lainnya,
kalah dengan tekad membaja demi tubuh yang seksi. Beribadah seringkali ditunda
dengan alasan tak ada waktu, atau kesibukan kantor yang lagi tinggi. Padahal
dikesibukan kantor yang tinggi seringkali disulap acara kenikmatan tubuh.
Sementara untuk ibadah peluang yang ada malah sengaja ditutup dengan seribu
dalih. Itu ibadah
dimana umat menjadi peserta. Apalagi jika dituntut menjadi pelaku, pasti akan
menjadi semakin sulit lagi. Orang Kristen tak berminat menjadi pelayan, apalagi pelayan yang berani
bayar harga. Bayar harga mengurus tubuh lahiriah semua siap, tapi tubuh
bathiniah mendadak tak bisa. Realita ini menggugat kita semua, sejauh mana
sesungguhnya kita siap dan layak disebut sebagai pelayan Tuhan. Tubuh lahiriah
memang tak boleh diabaikan perawatannya, namun tidak berarti dimanjakan
sehingga menjadi super ekstra. Sebaliknya tubuh bathiniah justru lebih penting
lagi untuk diurus karena berkaitan langsung dengan kekekalan hidup.
Bukankah kedekatan kita dalam persekutuan
dengan Tuhan akan memberi ketenangan hidup. Membangun kepastian iman sehingga
semakin kuat bertahan ditengah badai hidup. Awas, kondisi tubuh lahiriah bisa
jadi bumerang, dan sangat rentan pada serangan bathin jika tubuh sakit
misalnya. Sebaliknya, jika tubuh bathiniah kita kuat, maka kesakitan tubuh pun
dapat kita tanggung tanpa kehilangan kesukacitaan. Jelas sekali perbedaan kualitas yang
ada, itulah kekayaan manusia bathiniah. Tubuh lahiriah akan merosot, itu sudah
pasti, tapi jangan sampai tubuh bathiniah kita mengikutinya. Karena jika itu
yang terjadi betapa berbahayanya masa depan kita, bukan hanya didunia ini tapi
juga sesudahnya. Karena itu sudah seharusnya kita bijak membekali manusia
bathiniah kita dengan belajar terus menerus menyangkali diri, dan tak terjebak
bujuk rayu gaya hidup dunia. Belajar menikmati salib Kristus sehingga semakin
memuaskan manusia bathiniah kita yang terikat erat dalam persekutuan dengan
DIA.
Karena itu perhatikanlah kebugaran manusia
bathiniah kita, bukan hanya manusia lahiriah. Jika kita jujur pada diri,
cobalah tanya mana yang lebih kita perhatikan dan pelihara selama ini? Semoga
kita belajar dari rasul Paulus betapa kemerosotan manusia lahiriah menjadi
biasa, tetapi pembaharuan manusia bathiniah harus nyata. Semoga kita juga
mengalaminya. Ato kita hanya penonton belaka?
0 comments:
Post a Comment