Sudah berlangganan artikel blog ini via RSS Feed?

Sunday, July 12, 2009

Amerika Negara Bebas

Situs Alternatif Download Khotbah
===============================================================

Bapak Pengasuh yang baik,

Saya, seorang ibu rumah tangga, ingin minta bantuan doa untuk anak saya yang saat ini berumur 25 tahun. Dia sudah 8 tahun tinggal di Amerika. Setelah menyelesaikan kuliah, dia langsung bekerja, dan sudah 2 tahun ini menikah dengan warga negara Amerika. Saya baru kembali dari Amerika setelah liburan selama 3 minggu di sana. Di Amerika, saya kecewa melihat anak saya itu. Sebelum dia berangkat ke Amerika, 8 tahun lalu, dia selalu rajin dan rutin berdoa sungguh-sungguh. Tetapi, setelah saya menyaksikan kehidupannya di Amerika sana, dia sudah berbeda. Hidupnya jauh dari Tuhan. Dia tidak pernah lagi berdoa, apalagi ke gereja. Sewaktu saya tegur, dia tidak terima, dan malah mengatakan, "Mama, ini negara Amerika, negara bebas."

Sepulangnya saya dari Amerika, hubungan kami pun putus.

Bapak, salahkah saya menegur anak sendiri? Saya hanya menginginkan agar dia memberi sedikit saja waktunya untuk Tuhan. Saya berharap, anak saya hidup takut akan Tuhan. Tapi, setelah saya tegur, malah dia yang lebih galak. Bagaimana seharusnya saya menyikapi ini? Mohon bantuan doa dan saran Bapak.

Ida Banua ida@-mail

-------------------------------------------------------------------

Ini Amerika, negara yang bebas! Jadi, urusan saya mau berdoa atau tidak, jangan diatur. Mungkin kira-kira begitulah ungkapan anak Ibu yang merasa tidak pada tempat-nya Ibu menegur dia. Sebetulnya tidak ada kaitan langsung antara Amerika sebagai negara bebas dengan kemauan dan kebebasan untuk berdoa. Di Indonesia yang notabene bukan negara sekuler ini juga banyak umat Kristen yang tidak lagi berdoa. Sebaliknya, di Amerika tidak sedikit umat Kristen yang masih berdoa bahkan terhitung sangat setia dan memiliki kehidupan doa yang terpuji.

Jadi, inti permasalahannya bukan tinggal di mana, tapi bagaimana menyikapi situasi lingkungan dan pola pikir masyarakat di mana kita berada. Memang, ada perbedaan yang cukup serius antara budaya kita orang Timur dengan mereka yang di Barat. Di sana, kemandirian telah ditanamkan pada anak sejak usia dini. Nah, ini membuat anak-anak di Barat lebih cepat mandiri dibanding dengan anak-anak di Timur. Di Barat, anak-anak sudah diajar untuk hidup mandiri dalam beraktivitas, seperti mempersiapkan sendiri sarapannya, peralatan sekolah, lalu pergi dan pulang sendiri dengan bus sekolah. Bahkan, banyak dari mereka, sepulang dari sekolah hanya sendiri di rumah, makan siang, bermain games, dan berbagai aktivitas lainnya, karena orangtua mereka bekerja.

Pola didik di sekolah seperti kebebasan berpendapat dan suasana interaktif yang sangat terbuka, membuat mereka sangat percaya diri dan mandiri. Semua itu tentu sangat mempengaruhi pembentukan personal life structure. Jadi, anak-anak di Timur secara umum lebih pasif menerima perintah. Artinya, apa saja yang dikatakan orangtua cenderung mereka terima tanpa protes. Mereka tak akan berdebat, sekalipun mungkin tak setuju. Lain dengan anak-anak di Barat, mereka tidak akan begitu saja menerima perintah. Mereka akan mempertanyakan mengapa dan apakah itu harus. Tapi, ini bukan sikap melawan, melainkan berpendapat. Untuk itu orangtua harus memiliki alasan yang kuat dalam memberi perintah. Dan tentu banyak lagi
perbedaan lainnya. Kemandirian tidaklah selamanya baik, karena kemandirian juga bisa menjadi titik pembentukan sifat individualistis yang kuat dan merenggangnya nilai hubungan kekeluargaan yang bernuansa saling memerlukan.

Nah, saya kira di sinilah letak titik permasalahan yang Ibu hadapi. Selama 8 tahun di Amerika (sekarang usia 25 tahun, berarti ke Amerika usia 17 tahun), cukup untuk mengubah pola pikir seseorang, apalagi dia menikah dengan wanita Amerika. Saran saya untuk Ibu Ida Banua:read more »

0 comments:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment

 

Arsip Blog

Konsultasi Teologi

VIDEO

Entri Populer