Detik dalam detak terus merangkak
Tak mengenal lelah ia bergerak
Sejuta warna diseputar jejaknya…………….
Ada merah darah, tumpahan amuk amarah,
Karna sipemarah merasa wakil Allah.
Dijatuhkannya palu penghukum,
Tanpa pernah mampu menilai diri,
Benci dipandangnya suci,
Dan….atas nama agama, dosa dihitungnya pahala.
Ada pula tumpah airmata disegala arah,
Lukisan kepedihan hati anak manusia.
Barisan bencana datang silih berganti,
Berkunjung tanpa diundang.
Banjirrrr, terjadi, karna tanah dizolimi,
Kali kehilangan arti dan hutan digunduli,
Semua liar tak terkendali.
Kebakarannnn,
mengikuti, karna api dijadikan sakti,
Untuk merampas harta yang bukan miliknya ,
Tanpa perduli siapa yang menderita.
Kecelakaannn, tragedi yang merengut nyawa,
Tak lagi terkira rasa merana yang menggila,
Tak ada yang salah, apalagi petinggi negeri,
Kecuali orang yang terpinggirkan, dijadikan kambing
korban.
Semua hanya untuk satu kata, gengsi diri,
Demi mencapai kedudukan tinggi,
Membangun harga diri yang imitasi,
Membuat manusia kehilangan kesadaran diri.
Barisan manusia sepuluh wajah semakin nyata,
Beda kata, beda perilakunya,
Semua tampak salah, hanya diri yang berarti,
Membangun citra, mengorbankan sesama, bahkan
sahabatnya.
Masih adakah asa tersedia?
Untuk menjalani waktu yang tersisa,
Agar dihujung tahun, bathin tak gelisah.
Entahlah, apa jeritku sampai kesurga?
Dosa serasa menutup semua,
Tak mampu mata menatap kesucian NYA
Seribu Tanya menghujam rasa………..
Tapi tak ada jawab atas Tanya
Tapi, tiba-tiba, entah bagaimana aku ada disurga.
Kulihat langkah munggil, berlari penuh tawa
Tak ada beban apalagi gelisah, semua begitu luar biasa
Anak manusia saling mencinta, terikat satu rasa
Bahagia, tak ada amarah, apalagi air mata
Inilah hiiiduuuppp…… inilah yang kumaauuu…….. teriakku,
kencang sekali
Dan, ahhhh, tiba tiba aku tersipu malu,
Ternyata surga itu hanya mimpiku,
Hidup adalah realita dalam sejuta warna
Ya, aku sadarrrrr……………
Inikan tanggal 31 Desember………..
Di Wisma bersama………………..
Ah, lagian, aku bukan orang yang suka pulang pergi
kesurga
Iya, kita masih didunia, aku temanmu untuk menderita
Tapi jangan takut, aku kan baru dari surga, walau
hanya sekejaap saja
Dari sana
selalu terkirimmm, harapan besar untuk kita
Ada yang pasti, kita masih bisa, makan babi dan petai
bersama,sama…….
Salam; dari sahabatmu, dikala susah dan lapar.
0 comments:
Post a Comment